Tuhan Aku Khilaf
Sebuah tulisan yang mengucur diiringi suara merdu Sammy Simorangkir – Bila Rasaku Ini Rasamu
Lawang Sewu, Semarang |
Lima tahun berselang, rasa itu luntur tapi tak bisa hilang bak noda membandel oli yang mengenai rok putih SMAku, menyesal? Mungkin bukan diksi yang sesuai, akupun tak bisa menemukan laqob yang tepat untuk perasaan ini. Mungkinkah ini bucin? Oh tidak, aku tak selebay itu.
Aku, sang pencinta yang hanya tau dua frasa dalam mencintai : cinta dalam diam dan ungkapkan tanpa penyesalan. Jika ditanya apakah sudah kau lakukan semua? Tentu, jangan ragukan kelihaianku mengaplikasikan kedua frasa itu. Tapi jika kalian menanyakan berapa banyak penyebut, maaf aku bukan chef yang ahli membolak balikkan hati walaupun aku adalah raja dari perasaanku sendiri. Tak lebih dari tiga, tepatnya belum lebih. Kurasa tiga bukanlah angka yang buruk.
Aku pengecut, aku luapkan perasaan pencinta pada sang dicinta lalu aku lega akan semua rasa dan merasa bebas bersamanya. Padahal itu adalah awal untuk membuka lembar baru bagi sang pencinta atau yang dicinta. Untungnya bertepuk sebelah hati, akan lebih sukar jika dua pencinta yang tak saling sapa memadu kasih, lalu bagaimana nasib sang dicinta.
Aku melankolis, terbawa perasaan adalah nikmat tuhan yang diiringi kesesatan setan. Sejuta kata bisa kutulis tapi sepenggal kalimat tak mampuku ucap. Salam dunia baper!
Inginku butakan mata
Indra vital penusuk hati, pembakar gejolak, pemburu keindahan
Inginku sumbat hidung
Pencium aroma kenyamanan, pendeteksi kehidupan
Inginku bisukan mulut
tempat keluar sumpah setia sehidup semati
Inginku potong tangan dan kaki
media sentuh segala interaksi
Inginku bekukan hati
tempat bernaungnya rasa cinta dan benci
Simpan kunci hatiku dan tolong kembalikan ketika perlu
TUHAN,,,, aku taubat mencintai hambamu, tanpa izinMu
TUHAN,,, AKU KHILAF
Comments
Post a Comment