Rasanya Nulis Frontal itu?

Kemana aku harus meluapkan kekesalan ini?


Acer, yang telah berkali-kali masuk rumah sakit

Hari ini menjadi salah satu puncak kekecewaanku terhadap dunia, bagaimana tidak? aku meragukan para pemuda terkhusus yang berada dalam lingkup jurusanku sendiri, angkatanku sendiri. Entah sampai kapan individualisme ini menyelimuti hati mereka, atau mungkin aku sendiri yang egois dan acuh pada pemakluman? Atau aku yang hanya besar mulut mengoarkan semangat tanpa aksi? Ayolah teman, bagaimana mungkin sebuah perusahaan memproduksi barang tanpa tenaga kerja? Aku tidak memposisikan diriku sebagai mandor yang bisanya memerintah. Jujur aku sangat kecewa, benar-benar kecewa di tambah rasa penuh bersalah mengemban amanah itu. Kenapa tidak aku tolak saja waktu itu? Ah bodohnya aku. Masih aku berpikir, kenapa serasa semua sudut kembali padaku, entah aku terlalu perasa atau memang ini yang pantas aku terima? Merasa dihakimi ya itu aku, terhakimi oleh perasaan sendiri. Betapa malu diri ini menampakkan wajah padahal orang yang bersangkutan biasa saja. Aku tau tak ada upah bagi kerja kalian, apalagi keuntungan akademik. Tapi apakah kau terus memandang dunia sebagai ladang kekayaan?

Tanggungjawab, itu seharusnya yang kupegang. Ketika urusanku beres seharusnyaa aku tak kisau merasa malu, tapi bagaimana jika semua bermuara padaku? Ketidanyamanan ini semakin menjadi ketika memberanikan diri untuk langsung melaporkannya kepada komandan, ohh balasan singkat ditambah titik amat mengusik pikiranku. Ingin rasanya menyerah, melepaskan semuanya, tapi ini hanya masalah kecil, ingat, kecil. Kapan kau akan belajar dewasa jika masalah secuil ini melemahkanmu. Kau yang harus lebih kuat, bukan mereka yang kau manja. Bodo amat pada image, Makhluk gaib tau semuanya.

Aparatur, jelaslah penyebab semua ini. Andai saja mereka berhati-hati memberlakukan sistem, kenapa tak kau jiplak sistem pendidikan dari orang yang ada disebrang sana? Bukankah kita ahli dalam mengimpor? Persetan dengan semuanya! Welcome pedalaman baru.

Aku cukup kecewa pada lingkungan, parahnya pada diriku sendiri, begitu kekanakannya sehingga terpengaruh. Benar, manusia tidak lebih manusiawi dari nyamuk penghisap darah. 

Comments

  1. Jika umur panjang, bantulah ciptakan individu yang berdedikasi tinggi terhadap masyarakat

    ReplyDelete
  2. Ya, inilah bentuk tulisan ketika sedang bergebu-gebu. Ternyata benar, ruh sebuah tulisan adalah perasaan sang penulis ketika menulis, hingga saat ini, meskipun perasaan telah reda, namun gejolak amarah itu masih mengiringi setiap kata yg aku baca hehehe padalah beberapa kata aku lebih-lebihkan, tapi tetap saja sama intonasinya

    ReplyDelete
  3. Beneran, aku sampe lupa nulis judul blognya hahaha

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. Siap bro. Apakah hanya anda yang berhasil menemukan curhatan ini hahaha

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Song Review - Seandainya (Gita & Paul)

Ngebolang Kuy! Edisi Borobudur

About Me